Minggu, 14 Oktober 2018

Simpul

Perempuan kecil yang duduk di sudut sana, dia mudah jatuh cinta.
Ia mudah tertipu pada kenyamaan yang ia sendiri tidak tahu untuk apa.
Ia terpukau pada perhatian-perhatian kecil.
Ia terpesona pada simpul-simpul senyum.
Ia pikir semua kebaikan harus dibalas cinta.
Lalu ia jatuhkan semua jantung hatinya pada lelaki yang perhatian.
Begitu mudah.
Memang seperti atap-atap rumah, hujan yang jatuh tidak sebanyak yang datang.
Cinta yang besar sering tidak sesuai harapan.
Lalu patah.
Ia mudah sedih pada harapan yang tidak sampai.
Ia penyendiri saat inginnya tidak terbalas.
Ia menerka-nerka.
Ia menduga-duga.
"Apa yang salah?" katanya.
Tapi tidak.
Ini bukan perihal salah atau benar, kataku.
Hanya saja 'itu bukan kau'.
Hatinya sering bertunas kemudian lepas.
Ia seperti kucing kecil yang selalu butuh sentuhan di kepala.
Ia penurut.
Hatinya mudah tersulut.
Setiap rindu tak sama, ia berduka lara.
Mudah berjanji untuk tak lagi luka, tapi tetap ia melakukannya.
Berkali-kali.
Ia tidak cantik, tapi dia suka tertawa.
Barisan giginya berjejer hanya karena hal kecil.
Ia suka terbahak-bahak.
Menghabiskan waktu seharian dengan seeorang yang tersambung gilanya adalah cita-cita.
Ia tampak kekanak-kanakan.
Namun jauh di sisi hatinya, ia kritis.
Sinis.

Bodo amat

Kipas anginku berputar-putar, kiri-kanan. Malam ini udara panas. Aku membuka jendela setengah untuk membantu pekerjaan kipas. Tadi sebelum tidur aku sempatkan untuk bermain game dahulu. Enak pastinya kalau sampai tua aku masih bisa bermain menjelang tidur. Hahaha. Tapi kemudian aku sadar bahwa aku masih begitu kekanakan.

Tadi aku bertemu teman-temanku. Aku berkaca pada mata mereka tentang kesiapanku menjalani hidup. "Aah aku masih bocah sekali." Semua menjadi jelas saat aku begitu bahagia menunggu minuman di antar ke meja. Aku lihat teman-temanku dengan anggun mengatakan terima kasih. Sedangkan aku mengucapkannya dengan mata berbinar dan segera menyeruput satu teguk.

Hm....
Apakah dewasa harus berarti anggun dan wibawa?
Apakah ceria bukan bentuk dewasa?
Ooh kemudian aku sadar. Ternyata aku bukan hanya ceria, tapi juga sering meloncat ketika bahagia. Aah aku malu pada usiaku yang dua dua.

Hm....
Sekarang aku lama menatap wajahku di depan cermin sambil sekali-kali mengetik di layar ponsel. Aku berpikir-pikir bagaimana pandangan orang tentangku..
Malu juga....

Sekarang aku sudah berdiri dan berbicara pada diri sendiri,
"Bodo amat!"
Lalu mengambil posisi tidur dan mengakhiri tulisan ini.
Selamat malam!

Sabtu, 13 Oktober 2018

Besok sudah pagi



aku ingin menulis
apapun
aku ingin buat puisi
apapun
aku hanya ingin sibuk
kemudian lupa
kemudian tertidur
dan ternyata besok sudah wisuda
halah~

Aku masih di depan laptop. Jariku mengetik dengan cepat. Aku suka menjadi riuh begini. Tulis saja, apapun. Aku suka menulis dan aku tak perduli untuk puitis.
<< Di foto ini, aku sedang gila dragon ball. Tapi sekarang aku sudah lupa nama-nama tokohnya. Tidak lama setelah itu, aku suka titanic. Sudah lebih sepuluh kali aku mengulang film titanic dan terus menangis. Juga sekarang aku sudah lupa nama pemerannya. Begitulah, akan selalu ada yang datang dan pergi.
Hari ini mungkin aku merasa hampa. Tapi aku yakin tidak untuk esok pagi. Saat matahari lahir kembali, aku sudah bahagia lagi. New day, new life, new mind.
Kita sepanjang hidup akan terus jatuh cinta dan luka. Bahkan seseorang yang berumah tangga akan pernah menyukai seseorang yang bukan pasangannya. Yang berbeda adalah mereka mengetahui bahwa rasa itu salah dan kembali kepada kekasihnya.
Kemarin aku menjadi begitu berani. Heran juga, takjub juga. Once in life, pikirku.
Dan tara~
Sebongkah batu besar pecah. Ada sedih, tapi juga ada bahagia. Gila.
Kita sepanjang hidup akan terus jatuh cinta dan luka.
Hidup ini sebetulnya simpel saja. Harapan-harapan lah yang membuat semua rumit.
Dan hari itu aku putuskan untuk menghindari sumber kerumitan.
Aku ingin kepastian saja.
Haruskah aku terus atau berpindah arah?
Aku dapatkan jawabannya.
Kita sepanjang hidup akan terus jatuh cinta dan luka.
Luka sebaiknya diobati. Aku obati hatiku dengan menangis dan menulis begini.
Aku pikir lagi bahwa aku terlalu berani ambil hati.
Tapi siapa peduli? Karena kita sepanjang hidup akan terus jatuh cinta dan luka.

Aku jadi teringat kepada seseorang yang dengan lantang mengatakan hal yang sama padaku. Waktu itu aku begitu kejam, rasanya, tapi dia terus saja menjadi malaikat.
Aku jadi bingung, mengapa ia tidak mengubah arah saja?
Lalu kutanya, "Ya kan aku cuma bilang."
Oh iya pikirku.
Sampai kini, ia masih begitu manis.

Lalu aku kembalikan itu padaku.
Aah ternyata berbeda. Aku tidak ingin menyusuri jalan buntu. Sudah aku bilang aku suka spoiler. Jadi aku cuma ingin hal yang simpel.
Jadi aku putuskan, "Bukankah jalan tidak cuma satu?"

Hari ini memang mengharu biru.
Tapi tidak untuk esok yang baru.

Aku ((tidak (terlalu)) membenci spoiler


terkhusus,
tentang ini,
aku butuh spoiler dan itu harus langsung darimu
kukatakan saja dengan singkat, padat, dan jelas
bagaimana filmku akan berakhir?
"tidak" kamu bilang
----
tidak?
ooh tidak happy ending
ya sudah
----
memang banyak film-film yang berakhir sedih, bahkan tragis
penonton tidak tidur semalaman
akupun juga
tapi aku sadar,
"oh ini film, ya sudah"

aku butuh spoiler, dan itu harus darimu
aku ingin menikmati namun takut berekspektasi
jikalau begini, aku menjadi tahu harus bagaimana berekspresi
karena aku tak suka yang membuatku kaget dan frustasi

malam kemarin kukatakan saja dengan singkat, padat, dan jelas
bagaimana filmku akan berakhir?
"tidak" kamu bilang
----
tidak?
ooh tidak happy ending
ya sudah
----
aku menyendiri seharian, "aaah begini"
lalu aku bilang kepada hatiku,
"ya sudah"
kuizinkan badanku tidur saja sambil memutarkan musik
"sedih" kataku

Ibu bilang aku emosional,
ya sudah aku tangisi saja semuanya
kemudian aku tetapkan seperti ini hanya boleh sehari

saat aku menulis ini, waktu belum genap
tapi aku sudah bangkit
hebat juga, mungkin karena aku sudah usia dua dua
sudah dewasa, kata mereka

aku bilang pada diriku,
"kamu hebat"
lalu aku bilang lagi,
"kamu sudah selamat"
dari apa?
harapan-harapan

aku takut sebetulnya
tapi kecewa berkepanjangan terlihat lebih horror
ya sudah
kukatakan saja dengan singkat, padat, dan jelas
bagaimana filmku akan berakhir?
"tidak" kamu bilang
-
Jatinangor, tentang 13 Oktober 2018

Pertanyaan besar

​Pertanyaan-pertanyaan datang silih berganti. Setiap saat mengetuk dan izin keluar pikiranku. Satu muncul lalu aku jawab sendiri. “Apa ini c...