Ia mudah tertipu pada kenyamaan yang ia sendiri tidak tahu untuk apa.
Ia terpukau pada perhatian-perhatian kecil.
Ia terpesona pada simpul-simpul senyum.
Ia pikir semua kebaikan harus dibalas cinta.
Lalu ia jatuhkan semua jantung hatinya pada lelaki yang perhatian.
Begitu mudah.
Memang seperti atap-atap rumah, hujan yang jatuh tidak sebanyak yang datang.
Cinta yang besar sering tidak sesuai harapan.
Lalu patah.
Ia mudah sedih pada harapan yang tidak sampai.
Ia penyendiri saat inginnya tidak terbalas.
Ia menerka-nerka.
Ia menduga-duga.
"Apa yang salah?" katanya.
Tapi tidak.
Ini bukan perihal salah atau benar, kataku.
Hanya saja 'itu bukan kau'.
Hatinya sering bertunas kemudian lepas.
Ia seperti kucing kecil yang selalu butuh sentuhan di kepala.
Ia penurut.
Hatinya mudah tersulut.
Setiap rindu tak sama, ia berduka lara.
Mudah berjanji untuk tak lagi luka, tapi tetap ia melakukannya.
Berkali-kali.
Ia tidak cantik, tapi dia suka tertawa.
Barisan giginya berjejer hanya karena hal kecil.
Ia suka terbahak-bahak.
Menghabiskan waktu seharian dengan seeorang yang tersambung gilanya adalah cita-cita.
Ia tampak kekanak-kanakan.
Namun jauh di sisi hatinya, ia kritis.
Sinis.